Selasa, 03 Maret 2009

Menata Cinta

"Setiap hari, cinta harus ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cinta harus tumbuh menembus semua rintangan. Kuncup-kuncupnya tak boleh merekah semua seketika, untuk kemudian layu. Ranting dan pokoknya harus kuat menjulang. Cinta harus ditumbuhkan sepanjang usia dengan bunga-bunganya yang bertaburan di sepanjang jalan kesetiaan. Jalan yang ditapaki dengan riang di bumi dan semoga kelak mempertemukan kita kembali dengannya di surga"
~Helvy Tiana Rosa~

Dear all, tema cinta dalam kehidupan sehari-hari sudah terlalu sering kita dengar. Bahkan sudah terlalu sering dibahas dalam berbagai forum diskusi. Entah itu dengan tujuan serius, ataupun main-main. CINTA adalah sebahagian daripada fitrah manusia. Cinta memang sudah ada dalam diri kita. Bersyukurlah orang yang diberi cinta dan mampu menyingkap rasa cinta dengan tepat. Pengaruh --pembahasan-- cinta bagi semua orang tentu berbeda-beda. Banyak hal yang turut mempengaruhi cara atau sikap seseorang terhadap sesuatu yang disebut cinta. Sebagian dari kita bahkan ada yang apatis terhadap cinta, ada yang memuja cinta, ada yang menjauhi cinta, bahkan antipati terhadap cinta.

Jalaludin Rumi mendeskripsikan cinta dengan begitu indah : "Cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin." Inilah dasyatnya cinta. Lain lagi dengan Gibran, begitu dahsyatnya cinta hingga ia berkata : "Cinta sebagaimana ajal, mengubah segala-galanya". Dahsyat bukan? Lain lagi cinta menurut Patkay, dalam cerita Sungokong : "Cintaa ooh cinta.. deritanya tiada akhir".

Cinta bukan hanya ketertarikan kita pada sesuatu, tapi cinta adalah sebuah nilai lebih yang tidak berbilang, sebuah kepatuhan, Sebab al-mawaddah adalah cinta yang terlihat dari sikap dan perlakuan, serupa dengan kepatuhan sebagai hasil rasa kagum kepada seseorang. Kita tahu bagaimana kecintaan Khadijah ra kepada Rasulullah saw, yang rela mengorbankan apa saja yang dimilikinya dengan perasaan bahagia demi perjuangan sang kekasih yang menjadikannya mulia. Sebaliknya ada perempuan yang mengorbankan kehormatannya hanya untuk menyenangkan sang kekasih yang dia lakukan atas nama cinta. Atau ada remaja bunuh diri hanya karena cinta. Cinta yang demikian yang membawanya kepada kehinaan.

Bukankah Islam tidak pernah membelenggu rasa cinta?, karena itu Islam menyediakan penyaluran untuk itu (misalnya lembaga pernikahan) dimana sepasang manusia diberikan kebebasan untuk bercinta.

Dalam tataran keluaraga, tentunya menjaga cinta agar senantiasa bersemi dalam hati, agar rasa cinta kita terhadap sesama manusia tidak pernah melebihi cinta kepada-Nya, adalah sebuah keniscayaan yang harus selalu dijaga. Terlebih menjaga keharmonisan keluarga. Kebanyakan dari kita, selalu membuka keran cinta itu terlalu lebar di awal, dan ketika sampai pada titik tertentu, kita akan merasa bahwa rasa cinta yang kita miliki sedikit menguap. Sementara ceruk hati belum tuntas, cinta yang kita miliki sudah terlanjur habis ditengah jalan. Berikan seperlunya, tapi sepenuh hati. Silahkan mendefinisikan cinta menurut cara masing-masing. Agar mudah mendapatkan definisi tersebut, dan jangan sampai salah dalam mendefinisikan cinta, ada baiknya kita cermati Firman Allah dalam Hadis Qudsy berikut ini
"Allah berfirman: "Pasti mendapat kecintaanKu bagi dua orang yang saling sayang-menyayangi keranaKU,dua orang yang duduk bersama-sama keranaKu,dua orang yang kunjung menggunjungi keranaKu,dan dua orang yang tolong menolong keranaKu." Dan Hadis Rasulullah Saw:
"Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberitahu bahwa ia mencintainya. (HR Abu Daud dan At-Tirmidzy).

Bukankah cinta yang membuat Rasulullah mengingat ummatnya meskipun Izrail telah datang menjemput. Bukankah cinta yang membuat Ali menjual baju perangnya untuk mahar kepada Fatima? Bukankah cinta yang membuat Shinta terjun kedalam api karena Rama meragukan kesuciannya? Dan cinta jugalah yang membuat Bandung Bondowoso bertekad membangun seribu candi. Dan cintalah yang mampu menggurkan dosa ketika jemari laki-laki dan perempuan bertautan dalam ridho-Nya. Bahkan Allah memuliakan mereka yang saling mencintai dan bersahabat karena Allah, yang membuat para nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka mereka. (Nasa'i meriwayatkan dengan sanad dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda:
"Di sekeliling 'Arsy, terdapat mimbar-mimbar dari cahaya yang ditempati oleh suatu kaum yang berpakaian dan berwajah cahaya pula. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, tetapi para nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka."� Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, beritahulah kami tentang mereka!"� Beliau bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai, bersahabat, dan saling mengunjungi karena Allah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar